Jum’
at 29 November 2013.

Jum at 6 Desember 2013
Tujuh hari setelah jum at 29 November 2013 tepatnya
pada hari jumat 6 Desember 2013 .
Setelah selesai sholat jum"at aku langsung bergegas keruang ICU, rasanya begitu ingin menemuimu sebab sejak engkau dimasukan keruang icu sekitar setengah jam sebelum jum atan aku belum sempat menengokmu. Buru sekitar lima menit aku duduk di depan ruang ICU, seorang perawat keluar dari ruang ICU kalau istriku dalam keadaaan kritis dan menyuruhku untuk mendapinginnya. Bergegas aku masuk kedalam ruang ICU dan menghampirinya, aku melihat engakau terbaring lemah, perlahan aku mendekat ke sebalah kananmu dan terus menerus mengucapkan kalimat talkin persis di telinnga kananya. Beberapa saat kemudian aku merasakan nafasnya mulai melemah, lalu aku melihat beberapa dokter menghampiri dan memberikan bantuan pemacu jantung. Sambil terus menerus mentalkim, aku terus memperhatikan dokter dokter itu berusaha memacu jantungnya, sampai suatu saat salah satu dokter yang masih saudaraku menatapku tajam dan mengangguk lau ada perasaan yang tak bisa aku lukiskan dengan kata kata. Perlahan aku usap wajahnya dan menutupkan kedua matanya.
Setelah selesai sholat jum"at aku langsung bergegas keruang ICU, rasanya begitu ingin menemuimu sebab sejak engkau dimasukan keruang icu sekitar setengah jam sebelum jum atan aku belum sempat menengokmu. Buru sekitar lima menit aku duduk di depan ruang ICU, seorang perawat keluar dari ruang ICU kalau istriku dalam keadaaan kritis dan menyuruhku untuk mendapinginnya. Bergegas aku masuk kedalam ruang ICU dan menghampirinya, aku melihat engakau terbaring lemah, perlahan aku mendekat ke sebalah kananmu dan terus menerus mengucapkan kalimat talkin persis di telinnga kananya. Beberapa saat kemudian aku merasakan nafasnya mulai melemah, lalu aku melihat beberapa dokter menghampiri dan memberikan bantuan pemacu jantung. Sambil terus menerus mentalkim, aku terus memperhatikan dokter dokter itu berusaha memacu jantungnya, sampai suatu saat salah satu dokter yang masih saudaraku menatapku tajam dan mengangguk lau ada perasaan yang tak bisa aku lukiskan dengan kata kata. Perlahan aku usap wajahnya dan menutupkan kedua matanya.
ALLAHUMMAGHFIR LAHA
Sungguh aku telah ridho dan ikhlas
atas hidup dan matimu.
Maaf sahabat aku menuliskan kisah ini, bukan untuk menularkan kesediahan tetapi semoga ini menjadi pelajaran agar kita semua lebih menyangi dan mencintai orang-orang yang mencintai kita selagi ia masih bersama kita karena sungguh perpisahan itu pasti akan datang.
Tidak ada suatu umat pun yang dapat mendahului ajalnya dan tidak pula dapat memundurkannya (QS. al-Hijr [15]: 5; al-Mu’minun [23]: 43)
Sesungguhnya Allah tidak akan
mengakhirkan (kematian) seseorang jika telah datang ajalnya. Sesungguhnya
bertambahnya umur itu dengan keturunan salih yang Allah karuniakan kepada
seorang hamba, lalu mereka mendoakannya sesudah kematiannya sehingga doa mereka
menyusulinya di kuburnya. Itulah pertambahan umur. (HR Ibn Abi Hatim dikutip
oleh al-Hafizh Ibn Katsir di dalam tafsirnya QS. Fathir [35] : 11).
Tidak ada komentar :
Posting Komentar