Senin, 27 Juni 2011

Doa saat gundah dan berduka

"Doa saat gundah dan berduka "

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ , وَالْعَجْزِ وَالْكَسَلِ , وَالْبُخْلِ وَالْجُبْنِ , وَضَلَعِ الدَّيْنِ وَغَلَبَةِ الرِّجَالِ

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari keluh kesah dan rasa sedih, dari kelemahan dan kemalasan, dari sifat bakhil dan penakut, dari cengkraman utang dan laki-laki yang menindas-(ku)“" — ( HR. Bukhari: 7/158, “Adalah Rasulullah banyak (membaca) doa ini, lihat Bukhari dalam Fathul baari: 11/173)

Senin, 20 Juni 2011

MEMBANGUN EKONOMI PERDESAAN Bag 2

Ketika masyarakat desa dikumpulkan untuk melakukan memusyawarah pembangunan desa biasanya usulannya berkisar pada pembangunan jalan dan jembatan, pembangunan irigasi, sarana air bersih dan pembangunan balai desa. Masih sangat jarang mereka membangun pada bidang social budaya dan bidang ekonomi, kalaupun ada usulan dan pembangunan di bidang ekonomi tak lebih dari sekedar simpan pinjam ( permodalan ) dan pelatihan ketrampilan. Pembangunan bagi mereka adalah mengerjakan/membangun fisik padahal kita ketahui bersama tidak akan sejahtera masyarakat desa, tanpa berkembangnya perekonomian di tingkat desa. Pemahaman seperti itu sebenarnya karena desa selama ini hanya dikenalkan “ diajari “ hanya untuk membangun sarana dan prasarana fisik.

Pembangunan ekonomi saat ini seharusnya mulai menjadi prioritas apalagi infrastrutur utama di tinggkat desa saat ini sebenarnya sudah cukup memadai. Untuk dapat membangun perekonomian perdesaan tentunya harus dimulai dari pemetaan ekonomi di tingkat desa. Pemetaan ekonomi perdesaan hendaknya mencakup beberapa hal berikut ini : 1) Pemetaan Jenis Usaha yang ada di desa 2) Pemetaan Potensi Ekonomi 3)Pemetaan Kelembagaan ekonomi di tingkat desa 4) Pemetaan Infrastruktur Ekonomi di tingkat desa. 4)Pemetaan Peluang Usaha. Pemetaan ekonomi di tingkat perdesaan ini sebaiknya dilakukan secara partisipatif dan mengunakan pendekatatan kawasan.

Sebagai bekal awal untuk melakukan pemetaan ekonomi secara partisipatif perlu dilakukan kajian terhadap dokumen dokumen yang ada ditingkat desa maupun dokumen yang ada di tingkat kecamatan. Beberapa dokumen yang bisa dijadikan sebagai bahan kajian awal antara lain : 1 ) Profil Kecamatan 2) Pofil Desa 2) Dokumen RPJMDes. Dengan bekal awal ini kemudaian dapat dilakukan pemetaan secara partisipatf dari tingkat Rt, Rw ataupun di tingkat Dusun. Untuk melakukan pemataan perkonomian desa secara partisipatif bisa menggunakan beberapa methode pastisipatih ( missal PRA ) dan sebagiknya dilakukan oleh tim yang berasal dari desa tentunya dengan di latih terlebih dahulu.

Pemetaan perekonomian perdesaan ini diharapkan mendapatkan gambaran yang memadai tentang kondisi kekuatan, hambatan ,tantangan dan peluang perekonomian perdesaan sebagai bahan analisa untuk menyusun desain pengembangan perekonomian setiap desa maupun setian kawasan yang ada. Dari sinilah kemudian akan terbangun perencanaan pengembangan perekonomian desa yang komprehensif, bertahap dan bersinergi dengan desa desa lainya dalam kawasan tersebut.
Bersambung…

Kamis, 16 Juni 2011

Budaya Ilmu

Oleh Dr.Syamsuddin Arif

Istilah ‘budaya ilmu’ dipopulerkan oleh Professor Dr Wan Mohd Nor Wan Daud lewat buku-buku maupun ceramah-ceramahnya selama hampir dua dasawarsa terakhir ini.

Menurutnya, ‘budaya ilmu’ ialah (i) kondisi dimana setiap anggota dan lapisan masyarakat melibatkan diri secara langsung maupun tidak langsung dalam pelbagai kegiatan ilmiah pada setiap kesempatan: gemar membaca, mempelajari, meneliti, mendiskusikan aneka persoalan keilmuan. ‘Budaya ilmu’ terwujud (ii) apabila setiap orang sebagai individu maupun sebagai entitas kolektif (masyarakat, bangsa, umat) membuat segala pilihan, keputusan dan tindakan yang diambilnya atas dasar ilmu, melalui proses investigasi, riset, dan konsultasi. Ciri lain dari ‘budaya ilmu’ adalah (iii) sikap menjunjung tinggi ilmu, situasi dimana ilmu menempati kedudukan tertinggi dalam tata nilai setiap pribadi dan masyarakat pada semua lapisan, yang diejawantahkan dengan penghargaan tinggi kepada setiap individu maupun lembaga yang aktif mencari, meneliti, mengembangkan dan menyebarkan ilmu.1 Inilah yang yang disebut sebagai ‘the learning society’ yang memancarkan ‘the culture of knowledge and learning’.

Asas-asas budaya ilmu dalam pengertian di atas sesungguhnya terperi dalam ajaran Nabi Muhammad saw. “Wahai Tuhanku, tambahkanlah aku ilmu” (QS 20:114) adalah doa yang difirmankan Allah SWT kepada beliau. “Apakah sama, mereka yang berilmu dan tak berilmu?” (QS 39:9) dan “Hanya mereka yang berilmu dari kalangan hamba Allah yang gentar kepadaNya” (QS 35:28) merupakan petikan beberapa ayat kitab suci al-Qur’an yang menekankan betapa pentingnya ilmu. Demikian pula banyaknya pesan-pesan Rasulullah saw berkenaan ilmu dan keilmuan. “Ilmu tidak akan dicabut dari manusia, tetapi orang-orang berilmu akan diambil Allah, maka dengan kepergian mereka hilanglah ilmu. Akibatnya muncul orang-orang jahil tak berilmu yang tampil sebagai tokoh panutan, mereka sesat dan menyesatkan manusia lain pula,” adalah satu dari sejumlah sabda baginda mengenai ilmu.

Maka tak menghairankan jika ilmu menjadi tema sentral peradaban Islam. Hal ini bukannya impian atau khayalan, akan tetapi fakta sejarah yang sangat gamblang. Dalam studinya yang cukup mendalam, seorang pakar filologi dari Yale University menyimpulkan bahwa rahasia kegemilangan peradaban Islam itu terletak pada ilmu. Ilmu merupakan konsep yang sangat menonjol dan paling hebat perannya dalam melahirkan dan membentuk corak dan watak peradaban Islam: ‘one of those concepts that have dominated Islam and given Muslim civilization its distinctive shape and complexion’, tulis Franz Rosenthal. Satu ciri yang tak ditemukan pada peradaban bangsa-bangsa lain di dunia adalah posisi ilmu di dalam Islam sebagai ‘dominant concept’, ‘a unique cultural term’, ‘a powerful and, perhaps, the most effective rallying force’, tegasnya.

Menariknya, beliau menyebutnya sebagai ‘peradaban Islam’ dan bukan peradaban Arab, Persia, Turki, Berber, atau Timur, sebab menurutnya, peradaban tersebut melibatkan dan menaungi pelbagai suku bangsa, etnik maupun agama. Kontributornya tidak hanya Arab dan Muslim, tetapi juga Persia (seperti Ibn Sina dan Imam al-Ghazali), Turki (seperti Imam al-Bukhari dan al Farabi), Nasrani (seperti ..... ), juga Yahudi (semisal Ibn Kammunah dan Musa ibn Maymun).



Pembudayaan Ilmu

Dalam sejarah Islam, pembudayaan ilmu telah dirintis oleh Nabi Muhammad saw. Beliau memberantas buta-huruf dengan menganjurkan para Sahabat belajar baca-tulis, menyuruh Zayd bin Tsabit belajar bahasa Ibrani (Hebrew) dan Suryani (Syriac) kepada ulama Bani Isra’il (Ahlul Kitab). Beliau juga melantik sejumlah Sahabatnya menjadi juru tulis pencatat wahyu al-Qur’an dan Ĥadis, penulis surat-surat diplomatik dan sebagainya. Beliau sendiri aktif mengajarkan al-Qur’an, memberikan ceramah, nasihat, fatwa dan pengadilan (qadha’).

Imam al-Bukhari meriwayatkan bahwa giap seminggu sekali Rasulullah menyediakan waktu satu hari khusus bagi kaum ibu termasuk istri dan putri-putrinya untuk belajar dan bertanya tentang pelbagai persoalan agama. Bimbingan khas diberikan kepada beberapa orang dewasa (semisal Abu Hurayrah ra) maupun kanak-kanak (sepertil ‘Abdullah bin ‘Abbas ra) dan ahli keluarganya (‘A’isyah binti Abi Bakr ra). Pendek kata, pendidikan, pengajaran, pembahasan dan penyebaran ilmu telah dimulai sejak abad pertama Hijriah. Di satu sisi, ini disebabkan sentuhan ayat-ayat suci al-Qur’an yang menggugah jiwa dan mengobarkan semangat. Di sisi lain, situasi itu memacu perkembangan budaya ilmu di dunia Islam secara pesat luar biasa. Proyek pengumpulan dan pembukuan al-Qur’an pada masa Khalifah Abu Bakr dan Khalifah ‘Utsman mustahil terlaksana sekiranya tradisi ilmu di kalangan Sahabat Nabi saw.

belum terwujud. Khalifah Umar ibn al-Khattab yang dikenal sebagai ahli strategi perang dan negarawan ulung sangat menghargai ahli ilmu, sedang Khalifah Ali dikagumi ketajaman nalar dan kedalaman ilmunya, disamping kepahlawanannya. Ada banyak riwayat yang bisa kita simak tentang kegiatan ilmiah para tokoh generasi awal umat Islam. Abu’l-Aswad ad-Du’ali, misalnya, merumuskan ilmu linguistik (tata bahasa, morfologi dan orthografi) atas petunjuk Khalifah ‘Ali ra. Ilmu tafsir diletakkan dasar-dasarnya oleh ‘Abdullah ibn ‘Abbas.

Kegiatan mencatat dan mengumpulkan hadis-hadis Nabi saw dalam bentuk skroll dilakukan oleh ‘Abdullah ibn ‘Amr (dinamakan as-Shahifah as-Shadiqah). Upaya mendokumentasi dan mengoleksi hadits dilanjutkan oleh generasi sesudah mereka semisal, ‘Urwah ibn az-Zubayr (w. 94 H), Muhammad ibn Syihab az-Zuhri (w. 124 H), Hammam ibn Munabbih (w. 132 H) dan banyak lagi. Kurun kedua hijriah pun menyaksikan lahirnya tokoh-tokoh ilmuwan dengan kepakaran masing-masing. Imam Abu Hanifah (w. 150 H) di Kufah menulis kitab al-Fiqh al-Akbar (mengenai teologi), Imam al-Awza‘i (w. 157 H) di Damaskus mengarang kitab as-Siyar (prinsip-prinsip hubungan internasional), Imam Malik (w. 179 H) di Madinah menyusun kitab al-Muwatta’ (kompilasi hukum Islam), dan Imam as-Syafi‘i (w. 204 H) di Baghdad merumuskan ilmu ushul fiqh (jurisprudensi Islam) dalam kitabnya yang masyhur: al-Risalah. Jika pakar linguistik al-Khalil ibn Ahmad (w. 175 H) menerbitkan kitab al-‘Ayn, kamus pertama di dunia, maka muridnya Sibawayh (w. 177 H) menyusun ilmu tata bahasa dalam al-Kitab.

Di abad berikutnya kita saksikan gerakan penerjemahan buku-buku ilmiah mengenai pelbagai cabang ilmu dari bahasa Yunani (Greek), Suryani (Syriac), Parsi dan Sansekerta ke dalam bahasa Arab.

Tak lama kemudian sampailah umat Islam ke puncak tertinggi peradaban manusia: mereka menjadi penunjuk dan penerang jalan bagi umat lain dalam pendakian ilmiah. Segala pelosok ilmu pengetahuan mereka telusuri, segala persoalan keilmuan mereka tangani, ‘dari persoalan gajah hingga persoalan semut’, dengan pendekatan rasional, empiris, detil, kritis lagi kreatif. Ada yang mempelajari seluk-beluk bahasa seperti, .... , mengupas .... seperti ...
Saintis al-Biruni tidak hanya berhasil mengukur lingkaran bola bumi dan memberikan koordinat wilayah-wilayah penting saat . Studi empirisnya mengenai tradisi agama dan budaya bangsa India yang direkamnya dalam kitab ‘Aja’ib al-Hind

sumber : http://www.inpasonline.com/

Selasa, 14 Juni 2011

AMPUNI KAMI ..

Malam Ini
Tak ada lagi yang bisa kulakukan,
selain membiarkan butiran bening itu, mengelus dingin pipiku
kesedihan dan kebimbangan dalam belenggu ketidak berdayaan
tlah memaksaku menikamati ini.
" sendiri "


Tak Usah Ada Tangis Lagi
Apa lagi yang mesti kau tangisi
apakah karena hari yang tlah menjadi gelap ?
bukankah masih ada rembulan yang setia menemani
dan bintang timur tak jemu mamancarkan kesejukan

akan slalu ada kemungkinan dalam belutan ketidak pastian
dan harapan akan selalu hadir walau dalam wujud yang tidak pernah kita harap
tapi ia tak jemu menyapamu, kecuali kau membunuhnya.

Sudahlah ...
Tak usah ada tangis lagi
dengarlah suara malam begitu merdu
menyapa kita.

Ingin Aku Meletakan
sore ini ingin aku meletakan
walau hanya sejenak
asa yang menjulang
dan beban berat yang terpikul.

lalu kunikmati
dingin air membasasuh wajahku
beranjak bercengkrama dengan MU


Ampuni kami gusti
atas keserakahan yang membabi buta
bahkan warisan anak cucupun kami tebang habis
hingga air menjadi tak bersahabat
udara kini memanggang tubuh kami

Duh Gusti ...
Ampuni atas kesombongan yang kami pertontokan
kekuasaan yang Kau pinjamkan untuk memakmurkan bumi
ditangan kami tlah menjadi alat memperkaya diri
membangun hegomoni dan monopoli

Duh ... gusti
Ampuni kami yang tak pandai bersyukur
Anugrah yang Kau tanamkan ditanah kami
sebagai barokah demi kesejahteraan
malah kami pinjamkan dan kotrakan

Senin, 13 Juni 2011

MEMBANGUN EKONOMI PERDESAAN Bag 1

Sebagai orang desa saya kadang merasanya iri dengan kemakmuran dan kemegahan kota, semakin hari desa tidak semakin makmur tapi malah semakin terpinggirkan. Sumberdaya yang ada di desa seolah tersedot dan terkuras kekota, kekayaan alam dan sumberdaya manusia semua ditarik untuk melayani kebutuhan, kemegahan dan kerakusan kota. Hubungan Kota – Desa seakan merupakan hubungan exsploitatif bukan hubungan linkage and partnership yang saling menguntungkan. Hal ini diperparah dengan kebijakan pembangunan yang masih sangat bias kota, maklumlah dikota tempatnya para penguasa bertahta sehingga sumber daya pembangunan lebih di banyak curahkan di kota.

Dalam hal ini, pembangunan dapat diartikan sebagai `suatu upaya terkoordinasi untuk menciptakan alternatif yang lebih banyak secara sah kepada setiap warga negara untuk me¬menuhi dan mencapai aspirasinya yang paling manusiawi (Nugroho dan Rochmin Dahuri, 2004). Sedangkan Ginanjar Kartasas¬mita (1994) memberikan pengertian yang lebih sederhana, yaitu sebagai “suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana”. Namun sayangnya pembangunan untuk perubahan ke arah yang lebih baik sampai saat ini gemuruhnya hanya terdengar lirih di tingkat desa jika di bandingkan dengan gegap gempitanya pembangunan perkotaan.

Sebagai akibat dari pembangunan yang bias kota tersebut wajah sebagaian desa adalah keterbelakangan dan menjadi kantong kemiskinan. Menurut Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi BPS Edisi 8 bulan Januari Tahun 2011 Persentase penduduk miskin di daerah perdesaan tidak banyak berubah. Pada bulan Maret 2009, 63,38 persen penduduk miskin tinggal di daerah perdesaan, sementara pada bulan Maret 2010 persentase penduduk miskin di daerah perdesaan 64,23 persen. Dan akibatnya orang miskin di desa menyerbu kota untuk mengadu nasib, kota dengan kapabilitas dan kapasitas ekonomi yang sangat terbatas dalam menampung migran miskin desa menjadi kewalahan dan lahirlah masalah masalah social yang akut khas daerah urban.

Membangun perekonomian desa menjadi jalan keluar untuk menyelesaikan keterbelakangan dan kemiskinan perdesaan serta mengurai kemiskinan kota.

Bersambung ...

Sabtu, 11 Juni 2011

Sajak Sajak Malam Minggu

Surat Untukmu
Kekasihku ....
maaf kalau malam ini,aku tak ngapelin kamu
bukan aku tak rindu, bahkan kini terasa sesak dadaku
menggelepar rasaku ingin duduk bersanding , disisimu
bukan juga aku tertarik pada gadis selainmu..
Oh ... tidak kekasihku.

Kekasihku
Sungguh aku ingin mencintaimu dengan sebenarnya
dan tidak mau lagi terjebak hanya mencintai diri dan hasratku
Hasrat pada lesung pipi dan paras elok cantikmu
yang membuatku rindu dan ingin menemuimu
oh .... aku tak mau lagi menipu diri dan dirimu
dalam fatamorgana yang asyik kita nimati
bersama ......

Kekasihku ..
Ijinkan malam ini dan malam malam minggu ke depan
aku tak lagi menemuimu
bantulah aku belajar arti cinta dan makna mencintaimu
Percayalah ...ketika nanti aku paham dan mampu
aku akan menemuimu kembali,
bersama bapakku ...

Ada Saatnya Bunga Itu Mekar dan Bersemi
Ada saatnya bunga itu mekar dan bersemi
tapi bukan pada musim salju yang dingin
sebab dinginnya akan membekukan
atau kemarau yang meradang
sebab panasnya akan melayukan

hanya pada musim semi
pada saat burung kenari bernyanyi
setelah akad dan syahadah diikrarkan
bunga itu akan mekar dan bersemi
tumbuh dan membuahkan kesejatian

Bukan Aku Tak Ingin
bukan aku tak ingin
mengajakmu menikmati gelinjang samudra biru
menikmati sejuk tamaran purnama
atau duduk ditaman bunga
sambil mendendangkan syair dan puisi
bermadi keasyikan dan kesahduan

aku tak ingin bunga itu layu
kemudian kehilangan semerbak wanginnya
atau tertipu saahdunya rasa
terbelenggu nikmatnya hasrat
tak mampu menikmati kesejatian cinta

Kalau kamu bersabar
tunggulah sampai terbitnya mentari kerberkahan
atau lupakanlah sambil menanti takdir.

Karena aku mencintaimu.
Kekasih hatiku
sungguh aku tak kan mengajakmu
menikmati lembut cahaya rembulan sigar semangka
atau menikmati gemuruh debur ombak samudra biru
berdua ....
Sebelum engkau menjadi istriku

karena bagiku cinta itu memulyakan
karena bagiku cinta itu memanusiakan
karena bagiku cinta hanya mengenal kebaikan
karena bagku cinta berbeda dengan libido dan nafsu liar

Karena aku mencintaimu.

Jumat, 10 Juni 2011

Pentingnya Pemetaan Pencapaian Standar Pelayanan Minimum (SPM ) Pendidikan.

Bulan bulan ini banyak orang tua sibuk mencari sekolah tempat dimana ia akan member amanah untuk mendidik putra putrid tercinta. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, institusi penyelenggara satuan pendidikan ( sekolah ) berkewajiban memberikan layanan pendidikan kepada seluruh peserta didik yang terdaftar yang merupakan amanah dari wali murid. Semakin baik dan standar pelayanan yang di berikan maka semakin memuaskan penerima layanan.

Kemdiknas telah menerbitkan regulasi baru yakni Permendiknas nomor 15 tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal atau SPM pendidikan dasar. SPM Pendidikan Dasar ini bertujuan untuk peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan SD/MI dan SMP/ MTs. SPM pendidikan dasar dapat diartikan sebagai ketentuan tentang jumlah dan mutu layanan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah kabupaten/kota untuk SD dan SMP dan Kandepag untuk MI dan MTs secara langsung maupun secara tidak langsung melalui sekolah dan madrasah. Standar pelayanan minimal pendidikan dasar selanjutnya disebut SPM Pendidikan Dasar adalah tolok ukur kinerja pelayanan pendidikan dasar melalui jalur pendidikan formal yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota. Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan merupakan ketentuan tentang jumlah dan mutu layanan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota, Kantor Wilayah Kementerian Agama, dan Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota secara langsung maupun secara tidak langsung melalui sekolah dan madrasah. Penerapan SPM dimaksudkan untuk memastikan bahwa di setiap sekolah dan madrasah terpenuhi kondisi minimum yang dibutuhkan untuk menjamin terselenggaranya proses pembelajaran yang memadai.

SPM Pendidikan meliputi layanan-layanan:
1. yang merupakan tanggung-jawab langsung Pemerintah Kabupaten/Kota yang menjadi tugas pokok dan fungsi dinas pendidikan untuk sekolah atau kantor departemen agama untuk madrasah (misalnya: penyediaan ruang kelas dan penyediaan guru yang memenuhi persyaratan kualifikasi maupun kompetensi);
2. yang merupakan tanggung-jawab tidak langsung Pemerintah Kabupaten/Kota c/q Dinas Pendidikan dan Kantor Kementerian Agama - karena layanan diberikan oleh pihak sekolah dan madrasah, para guru dan tenaga kependidikan, dengan dukungan yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota dan Kantor Kementerian Agama (contoh: persiapan rencana pembelajaran dan evaluasi hasil belajar siswa terjadi di sekolah, dilaksanakan oleh guru tetapi diawasi oleh Pemerintah Kabupaten/Kota).
SPM Pendidikan menyatakan secara tegas dan rinci berbagai tanggungjawab Pemerintah Kabupaten/Kota c/q oleh Dinas Pendidikan dan Kantor Kementerian Agama dalam menyelenggarakan layanan pendidikan.

SPM tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan tahapan menuju pencapaian Standar Nasional Pendidikan (SNP). Dengan ditetapkannya SPM Bidang Pendidikan Dasar maka setiap daerah perlu menyusun perencanaan program/kegiatan untuk mencapai SPM. Untuk mengukur sejauh mana kinerja dinas pendidikan kabupaten telah mencapai SPM atau belum maka dinas pendidikan perlu melakukan pemetaan terhadap kinerja layanan dinas pendidikan/depag serta sekolah-sekolah (SD/MI dan SMP/MTs). Dari pemetaan tersebut diketahui kinerja mana yang belum mencapai SPM dan kinerja mana yang sudah mencapai SPM.
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, dinas pendidikan perlu menganalisis pencapaian masing-masing indikator yang tercantum dalam standar pelayanan minimum (SPM) bidang pendidikan. Hasil analisis kondisi pencapaian SPM digunakan sebagai bahan masukan dalam merumuskan kebijakan, program, kegiatan dan juga pembiayaan ketika menyusun dokumen rencana strategis pencapaian SPM.
Dengan demikian dalam mengembangkan rencana peningkatan mutu pendidikan setiap kabupaten/kota perlu memperhatikan kondisi pencapaian SPM di daerah masing-masing. Pelaksanaan dan capaian program juga di monitor dan dievaluasi sehingga diketahui dimana titik lemah dan keberhasilan yang telah dicapai sebagai bahan untuk perbaikan perencanaan dan pencapaian SPM tahun tahun berikutnya. Sehingga diharapkan semua kabupaten/kota telah mencapai SPM pada tahun 2014