Senin, 20 Juni 2011

MEMBANGUN EKONOMI PERDESAAN Bag 2

Ketika masyarakat desa dikumpulkan untuk melakukan memusyawarah pembangunan desa biasanya usulannya berkisar pada pembangunan jalan dan jembatan, pembangunan irigasi, sarana air bersih dan pembangunan balai desa. Masih sangat jarang mereka membangun pada bidang social budaya dan bidang ekonomi, kalaupun ada usulan dan pembangunan di bidang ekonomi tak lebih dari sekedar simpan pinjam ( permodalan ) dan pelatihan ketrampilan. Pembangunan bagi mereka adalah mengerjakan/membangun fisik padahal kita ketahui bersama tidak akan sejahtera masyarakat desa, tanpa berkembangnya perekonomian di tingkat desa. Pemahaman seperti itu sebenarnya karena desa selama ini hanya dikenalkan “ diajari “ hanya untuk membangun sarana dan prasarana fisik.

Pembangunan ekonomi saat ini seharusnya mulai menjadi prioritas apalagi infrastrutur utama di tinggkat desa saat ini sebenarnya sudah cukup memadai. Untuk dapat membangun perekonomian perdesaan tentunya harus dimulai dari pemetaan ekonomi di tingkat desa. Pemetaan ekonomi perdesaan hendaknya mencakup beberapa hal berikut ini : 1) Pemetaan Jenis Usaha yang ada di desa 2) Pemetaan Potensi Ekonomi 3)Pemetaan Kelembagaan ekonomi di tingkat desa 4) Pemetaan Infrastruktur Ekonomi di tingkat desa. 4)Pemetaan Peluang Usaha. Pemetaan ekonomi di tingkat perdesaan ini sebaiknya dilakukan secara partisipatif dan mengunakan pendekatatan kawasan.

Sebagai bekal awal untuk melakukan pemetaan ekonomi secara partisipatif perlu dilakukan kajian terhadap dokumen dokumen yang ada ditingkat desa maupun dokumen yang ada di tingkat kecamatan. Beberapa dokumen yang bisa dijadikan sebagai bahan kajian awal antara lain : 1 ) Profil Kecamatan 2) Pofil Desa 2) Dokumen RPJMDes. Dengan bekal awal ini kemudaian dapat dilakukan pemetaan secara partisipatf dari tingkat Rt, Rw ataupun di tingkat Dusun. Untuk melakukan pemataan perkonomian desa secara partisipatif bisa menggunakan beberapa methode pastisipatih ( missal PRA ) dan sebagiknya dilakukan oleh tim yang berasal dari desa tentunya dengan di latih terlebih dahulu.

Pemetaan perekonomian perdesaan ini diharapkan mendapatkan gambaran yang memadai tentang kondisi kekuatan, hambatan ,tantangan dan peluang perekonomian perdesaan sebagai bahan analisa untuk menyusun desain pengembangan perekonomian setiap desa maupun setian kawasan yang ada. Dari sinilah kemudian akan terbangun perencanaan pengembangan perekonomian desa yang komprehensif, bertahap dan bersinergi dengan desa desa lainya dalam kawasan tersebut.
Bersambung…

2 komentar :

  1. Mohon ijin sedikit koment
    Membaca posting ini saya jadi teringat sebuah pasar rintisan gerai dinar yaitu Bazaar Madinah. Disana adalah pasar yang berpedoman pada prinsip syariah. Kosepnya adalah syariah, yang mana pedagang bebas memilih lokasi saat dia datang. Mata uang yang digunakan adalah Dinar dan Dirham. Dibuat satu kasir untuk pelayanan pembayaran sehingga lebih mudah dalam transaksi. Pembayaran kepada masing-masing pedagang dilakukan di akhir saat pasar tutup. Pedagang hanya dikenakan biaya sewa tempat dan perawatan dengan sistem bagi hasil yang adil.
    Info lebih lengkap:
    http://www.geraidinar.com/index.php?option=com_content&view=article&id=597:bazaar-madinah-peluang-untuk-tumbuh-di-jalur-social-business&catid=34:enterpreneurship&Itemid=86

    http://www.geraidinar.com/index.php?option=com_content&view=article&id=619:bazaar-madinah-patient-dan-passion-dalam-membangun-kembali-budaya-berdagang&catid=34:enterpreneurship&Itemid=86

    http://www.geraidinar.com/index.php?option=com_content&view=article&id=646:pelajaran-dari-bazaar-madinah-inspiration-a-perspiration&catid=34:enterpreneurship&Itemid=86

    BalasHapus
  2. pasar jaman madinah dnar dirham hanya sbg standar kepemilikan tapi uang yg beredar justru banyak uang kafir (fulus) yaitu mata uang milik Romawi.
    Fulus adalah mata uang yg nilai intrinsiknya tidak ada hrgnya, nilai mata uang hanya nilai nominalnya seperti uang sekarang Rupiyah, dollar dll

    BalasHapus