Jam dindingku menunjukan 05.00
Aku bergegas untuk mengambil air wudlu, air begitu dingin .... menyengat
Kemudian aku bergegas menunaikan sholat subuh.
Lama aku duduk termangu diatas sajadah yang memang sudah agak kumal, Apa yang harus aku katakan pada anakku pada saat makan pagi nanti ...? masih terngiang jelas pertanyaanya anakku “ Besok setelah aku tamat SD akan melanjutkan dimana ?
Ada rasa bersalah luar biasa besar menghinggapi rasaku, manakala besok aku tak bisa memberikan jawab yang memuaskan, orang tua mana sih yang tak berkeinginan anak anaknya berpendidikan tinggi ?. Tak mungkin aku mewariskan harta dan tanah yang luas mengingat aku memang tak punya sawah atau tanah yang luas, hanya sepetak tanah yang diatasnya didirikan rumah ini yang kumiliki. Aku hanya berharap dapat memariskan kepandaian, ketrampilan serta keluhuran budi sebagai bekal bagi anakku dalam mengarungi lautan kehidupan yang akan dilewatinya dan aku menyakini itu hanya akan didapatkan lewat pendidikan. Tetapi betapa masgulnya hatiku, betapa hancurnya asaku, biaya pendidikan di sekolah tak terjangkau olehku.
Kini mantap hatiku jika nanti aku harus meberikan jawaban pada anak.
" Nak belajar itu tidak mesti harus disekolah, kamu akan menjadi tau lebih banyak ketika kamu belajar pada kehidupan"
Kamu akan tahu betapa kita dipinggirkan dinegri kita sendiri, Kamu juga akan tahu betapa pemimpin kita sibuk berebut kekuasaan, Betapa palsunya janji janji para politisi.
Nak, kepalkan tanganmu dan bersiplah diterpa batu cadas kehidupan. Kemudian bersiaplah untuk jadi pemberontak.
"Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain" (H.R. Bukhari).
Selasa, 19 Januari 2010
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
alhamdulillah, saudaraku sudah bertobat. Robbanaghfirlana dzunubana, wa isrofana fie amrina, wa tsabbit aqdamana, wanshurna 'alal qoumil kaafirin. amin.
BalasHapus