Pada suatu hari sekitar tahun 1800 an, ada seorang Bupati dari daerah Banjar dengan didampingi oleh 2 pembantunya ( Abdi Dalem ) mencari anaknya yang pergi dari rumahnya, dalam perjalanan pencarian anaknya sang Bupati menyamar menjadi rakyat biasa, ketika dalam pengembaraannya mencari anaknya beliau berjalan kearah timur melalui daerah yang bergunung-gunung ditengah perjalanan bertemu dengan patroli Kompeni Belanda sehingga terjadi perkelahian, dalam perkelahian tersebut 2 pembantunya gugur sang Bupati lalu dapat melepaskan diri dengan mengalami luka-luka yang sangat parah, dalam pelarian tersebut sang Bupati menemukan sebuah gunung kapur yang banyak goanya, kemudian sang Bupati memilih salah satu goa untuk tempat pelariannya dari kejaran Patroli Kompeni Belanda, didalam goa sambil mengobati luka-lukanya beliau meminta petunjuk kepada yang kuasa agar dapat mencari anaknya dan dapat menyembuhkan lukanya, di dalam goa ada sebuah sumber air, dengan tidak sengaja sang Bupati membasuh lukanya dengan air tersebut kemudian ada keanehan semua lukanya sembuh dan hilang bekas luka-lukanya ( Ilang tilase ) yang selanjutnya beliau memberi nama goa dengan nama Langse dari kepanjangan Ilang tilase. Letak Goa yang bernama goa Langse tersebut berada di sebuah perbatasan antara dua Desa, yaitu Desa Jatibungkus di sebelah selatan Goa dan Desa Semampir di utara Goa .Ketika bertapa di dalam goa sang Bupati mendapat wangsit apabila ingin bertemu dengan anaknya harus bisa menyatukan dua Desa yang berseteru menjadi satu.
Pada waktu itu dua Desa tersebut kepala Desanya berseteru atau saling bermusuhan dikarenakan memperebutkan goa langse, karena dianggap oleh masyarakat dua desa tersebut didalamnya goa ada harta karun yang berupa sebuah ” Teko Emas “ yang dijaga oleh seekor naga yang bernama Dewi Naga Gini jelmaan dari seorang putri yang bernama Dewi Rantang Sari . agar terlaksana menyatukan dua Desa menjadi satu sesuai wangsit yang diterimanya, sang Bupati keluar dari goa kemudian mengundang dua Kepala Desa yang berseteru agar bersatu dengan cara menikahkan anak Kepala Desa Semampir seorang perempuan dan anak Kepala Desa Jatibungkus seorang lelaki, yang kemudian hari anak lelaki yang dinikahkan tersebut menjadi kepala desa dari dua desa yang menjadi satu dengan nama desa Langse dan harta yang diperebutkan menjadi milik mereka berdua .
Setelah berhasil menyatukan dua desa tersebut sang Bupati kembali memasuki goa untuk meminta petunjuk agar dapat bertemu anaknya, ketika di dalam goa sang Bupati bertemu dengan sang naga yang bernama Naga Gini yang kemudian menjelma menjadi seorang putri yang ternyata adalah anak sang Bupati tersebut, setelah bertemu sang Bupati mengajak anaknya untuk diajak kembali ke Banjar namun anaknya menolak karena dirinya sebenarnya sudah menjadi penguasa goa dan sekitarnya dengan berupa menjadi seekor ular naga, karena saking sayangnya dengan sang anak akhirnya sang Bupati bertapa didalam goa sambil ingin menunggui anaknya sampai akhir hayatnya. Sang putri yang kemudian menjelma kembali menjadi seekor naga menyerahkan goa tersebut untuk ayahandanya, sedangkan sang putri berpindah di goa sebelah utaranya yang bernama goa Cilodong dan berpesan kepada sang ayahanda apabila ingin bertemu dengan sang putri agar datang di sebuah goa kecil antara goa Langse dan goa Cilodong yang dikemudian hari tempat goa untuk pertemuan antara anak dan ayah tersebut bernama goa si Kempul atau tempat kumpulnya ayah dan anak. Wallahu a’lam Bisowab, (Sumber RPJMDes Desa Langse Kecamatan Karangsambung)
"Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain" (H.R. Bukhari).
Kamis, 28 Januari 2010
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
tau dr mana , smua org gk ada yg tau sumber crita sprti iini,,kl memang benar trimakasih sy jd tau yg sbnarnya
BalasHapus