Dalam melihat sesuatu, dalam merencanakan sesuatu, dalam membangun sesuatu kita sering terjebak memulai dari menemukan masalah, mencari masalah dan bagaimana menyelesaikan masalah. Kalau tidak ada masalah dicari masalahnya sehingga sebuah perencanaan bisa dibuat dan pembangunan bisa dilakukan. Akhirnya apa saja menjadi masalah, karena memang didunia ini tidak ada yang sepurna, akan sulit menemukan apa yang seharusnya sama dan sebangun dengan apa yang sesungguhnya terjadi. Sebuah pola pikir dan sudut pandang yang menurut saya sangat "negatif".
Pola pikir " negatif " sudah sangat familier, Desa sibuk menggali masalah dengan menggunakan tiga alat kajian ( Sketsa Desa, Kalender Musim dan Diagram Kelembagaan) ketika mereka mau menyusun Rencana Jangka Menengah Desa ( RPJMDes ), di dunia pendidikan ( sekolah ) juga selalu dimulai menemukan masalah ketika mereka mau menyusun Rencana Induk Pengembangan Sekolah ( RIPS ), Dinas bahkan Kabupaten juga selalu memulai dengan menemukan masalah utama yang kemudian diramu menjadi isu strategis. Semua strategi, program dan kegiatan yang ada seolah hanya untuk menyelesaikan masalah.
Kehidupan seolah olah menjadi penuh beban dan kelam, pola pikir yang seperti ini hanya pandai mengenali masalah, kalaupun dituntut untuk mengenali potensi pasti dalam rangka bagaimana potensi itu digunakan untuk menyelesaikan masalah. Jika ada potensi tapi tidak ada hubunganya dengan penyelesaian masalah, maka potensi itu akan diabaikan karena dianggap tidak bernilai.
Kemudian yang ada adalah berkeluh kesah, atas kehidupan, karena dimatanya, dalam pikiranya, dalam perencanaanya adalah kumpulan masalah yang membebani. Kedepan agaknya pendekatan dan pola pikir demikian dimbangi dengan pola pikir yang positif. Dimana hal yang pertama dilakukan adalah mengenali potenisi dan kemudian bagaimana mengembangan potensi agar kita pandai bersyukur dan tidak terus berkeluh kesah.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar