* Sajak untuk istriku
Mi…..
Menatap wajahmu, membuat rasaku luruh tak berdaya
Ada perasaan damai, bahagia dan sedih
Damai karena teduh sorot matamu mendinginkan amarah dan ambisi
Yang kadang membuat aku lupa diri
Bahagia karena merdu dan lembut kata katamu slalu menetramkan hatiku
Membuat api semangat yang hampir padam menyala kembali
Sedih karena semakin banyak janji janjiku yang tak bisa kupenuhi
Walau kau slalu bilang, hidup ini toh hanya berusaha, berdoa, menerima dan menjalani.
Masih ku ingat waktu nikah dulu, begitu sederhana bahkan terlalu sederhana
tanpa cincin dan berlian, hanya seperangkat alat sholat sebagai mas kawin
Tanpa dekor,Tanpa acara dan Tanpa pesta yang meriah
“ Ndak apa apa tanpa pengajian, cukup khotbah nikahnya diperpanjang”
Katamu pelan padaku, waktu itu
Mi…..
Menatap wajahmu, membuatku rasaku luruh tak berdaya
Ada perasaan damai, bahagia dan sedih
Ketika aku sakit kamu pasti slalu memijitku
“ Mas... aktifis ndak boleh sakit.... “ katamu sambil terus memijitku
“ Biaya kesehatan terlalu mahal bagi kita, mas.... dilarang sakit
Orang orang miskin juga dilarang sakit, selama biaya kesehatan masih selangit “
Kamu terus memijitku, sampai aku tertidur dan melupakan ketidak adilan di negri ini.
*Di tinkungan jalan itu,
Di tinkungan jalan itu,
sebelah barat jembatan kretek
kau mengajaku berhenti disebuah dangau kecil yang reot
ditengah riuh suara kendaraan, kamu berucap lirih ....
" Mas ...lama dan jauh sudah perjalanan ini kita tempuh”
“ Ya… “ Jawabku spontan
Sambil menerka nerka maksud dibening matamu,
namun aku hanya menemukan misteri dan teka teki
“ Mas …. Akad ,Tujuan dan tekad yang dulu kita sepakati,
Apa tidak perlu kita refres dan perbaharui kembali ??
Bukankah, panasnya aspal disiang hari...
Dan silaunya lampu dimalam hari…
Sering membuat kita gagap dan nanar
“ Mas Peta jalan yang dulu Kita sepakati ,
mungkin harus kita gambar kembali
karena udah begitu lusuh terkena debu waktu ”
Gubuk reyot kecil,
Kuning padi disawah,
serta semilir angin,
Kau lah saksi pernikahanku yang kedua kalinya denganmu
* Mengenalmu
mengenalmu,
sungguh membuatku tertegun
kamulah yang membuat
langkah malamku terhenti
sejenak.
mengenalmu
sungguh membuatku tertegun
tak kala kau suguhkan
hidangan makna dalam bingkai kata
yang samar.
mengenalmu
bagai mengarungi samudra
tak bertepi.
*Bersamamu
Bersamamu menghitung detak jam dinding
sambil minum teh hangat yang kau suguhkan
terasa mengobati luka hati
karena hak informasi publik yang dirampas
karena hak partisipasi yang dikelabuhi
Bersamamu menikmati ubi goreng
sambil menikmati manis senyumu
terasa menghibur dan membuang nelangsa
dari keserakahan dan ketidak adilan anggaran
dari kesemrawutan tatanan birokrasi
Bersamamu kurasa bagai menghimpun tenaga
Bersamamu kurasa bagai memotong rasa putus asa
Bersamamu kurasa bagai menjaga api semangat
Bersamamu ..
Aku ingin menaklukan dunia
yang sering menipu dan melenakan
*Ingin Aku Terus Bersamu
Ingin aku terus bersamamu
walau hidup tak seindah yang pernah kita mimpikan
tiada suguhan yang bisa kita makan
menemani obrolan malam ini
hanya senyumu yang kurasa begitu indah
ingin aku terus bersamamu
walaupun pembicaraan kita hanya masalah susah
tentang hutang pada tetangga bagaimana kita mengembalikan
tentang spp anak anak kapan kita mampu membayarnya
tentang tagihan listrik bulan kemarin yang belum terbayar
ingin aku terus bersamamu
walau hanya untuk sekedar merayakan kesedihan
atau menertawakan miimpi mimpi yang semakin tak terbeli.
* Kekasih, usahlah menangis
tahan air matamu sayangku
simpan dalam lekuk sunyi malam ini.
senang dan susuh hanya guratan
yang mesti harus dijalani.
tak usah iri pada mereka
yang dibui tapi masih bisa pesiar ke bali
atau jangan tanyakan uang negri
yang habis untuk pesiar dan memperkaya diri
sayangku
lihatlah rembulan begitu indah
tandanya besok kita meski pergi kesawah
walau pupuk bersubsidi begitu langka dan mahal
belahan jiwaku
simpan sedih dan susahmu
semoga dalam mimpi tidur kita
masih tersisa kebahagian
tuk kita orang orang kecil
ketika Tolhah melamar Ummu Hanni, ia merasa pasti diterima karena ia kaya dan gagah, tapi Ummu Hani tak melihat sebelah mata kegagahan & kekayaan Tolhah. Kau serahkan kepalamu untuk jalan Allah maka aku terima lamaranmu, maka sejak pernikahan Tolhah harus selalu ingat bahwa ia harus menyerahkan dirinya untuk selalu berjuang dijalan Allah.
BalasHapus