Senin, 06 Desember 2010

Kumpulan Puisi ( Tangis Nusantara )

Tangis Nusantara "

Gunung yang menjagamu
Kini marah dengan apinya
Laut yang menjadi nafkahmu
Kini marah dengan gelombangnya
Air yang menjad isumber hidupmu
Kini marah dengan derasnya
Angin yang menjadi desah nafasmu
Kini marah dengan tiupnya
Rakyat yang mendiami bumimu
Kini marah dengan nafsu dan amuknya.
Aku dengar tangisan pilu dalam balut pasrah
Aku lihat nganga luka, darah bercampur nanah
Aku dengar doa doa yang bergemuruh
Aku lihat kepedulian dari hati yang luruh
“ Akankah kau menemukan salah dan dosamu “


Maaf kalau puisiku tak indah "

Bosan rasanya berkutat
dengan diksi, rima dan metafora
sementara kusaksikan keserakahan
yang teribungkus sistem dan aturan
Tak mau lagi aku terbebani
dengan seting,alur dan gaya bahasa
sementara jerit kaum papa yang terpinggirkan
begitu nyata kudengar
Jemu rasanya bermain dengan kata kata
Tak bisa aku melukiskan ketidakadilan
dengan bunga mawar, buah anggur
dan rembulan.
Maaf kalau puisiku tak indah
Aku menyaksikan keindahan telah dirampas


Apa Indahnya Politik "

apa indahnya politik
permainan hasrat purba manusia
pergulatan yang slalu meninggalkan luka.
serta teriakan keras menang atau mengalahkan
tak lebih ....
Bunga wawar adalah basa basi lobi
Senyum dan sanjungan slalu berunjung upeti
Apa indahnya politik di ngeri ini
Kalaupun ia sebuah seni mandzabnya pasti kekuasaan dan tahta
sementara kesejahteraan hanya nyayian basi menjelang pemilu
ujungnya adalah harta ekornya adalah kroni.
" aku pikir mending minum kopi sumatra
apa indahnya politik.


Marahku "

Tak usah lagi kau tawari
Janji atau upeti
Marahku tak bisa disuap lagi
Memuncak bagai bara merapi
Kan kejar walau kau berlari
Dan sembunyi dalam dunia mimpi
Tak peduli
Walau engkau terus menjerit pilu
Tersayat runcing belati
Yang tlah kulumuri dengan racun biru
Karena marahku tak lagi bisa dibeli
Wahai …
Keserakahan yang memporak poranda
Tatanan agung semesta
Kini ajalmu tlah tiba
Diterjang marah yang kau cipta
Wahai …
Kesewenangan wenangan yang merobek robek
Harkat martabat kemanusian
Kini tlah tiba batasmu
Diterjang badai yang kau tiupkan


Bahasa api Orang Orang Marah "

aku memerlukan api
atau sebilah pedang samurai
bosan bicara dengan bahasa puisi
sebab tak juga kau mengerti
akan luka keadilan ini
kini ..
aku ingin menggunakan bahasa api
" terdengar samar suara
0rang orang marah dan putus asa "


Belati Untuk Broker Politik “

Sudah aku putuskan
Dalam diam
Sambil terus kuasah belati
Pagi besok kan kudatangi
Kan kutikam
Dalam dalam
Nuranimu
yang memang sudah mati


*Jeda Pemilu

Waktu seolah berhenti,
dan mencekik leherku
dalam lunglai
panjang penantian.
Sendiri ...
Mengais belantara tumpukan sampah
harapan yang kau buang
Semetara kamu terus tertawa
Tanpa rupa
Sesal tlah kau sembunyikan
Di saku belakang
Sehingga kau tak melihat
tak mau mengenalnya lagi


*Janji Pemilu

Siang itu ditengah terik
Dalam sela gelegar musik
Kau tlah merayuku
Hingga aku tak berdaya
Larut dalam desahmu
Kini aku tergelatak
Dalam gigil dingin
Dalam sempit tenda pengungsi
Tapi mengapa engkau malah pergi
Mengejar hasrat, tak terkendali 

Tidak ada komentar :

Posting Komentar