Kamis, 30 Desember 2010

Lautan Jilbab

Para malaikat Allah tak bertelinga,
tapi mereka mendengar suara nyanyian beribu-ribu jilbab
Para malaikat Allah tak memiliki mata,
tapi mereka menyaksikan derap langkah beribu jilbab
Para malaikat Allah tak punya jantung,
tapi sanggup mereka rasakan degub kebangkitan
jilbab yang seolah berasal dari dasar bumi
Para malaikat Allah tak memiliki bahasa dan budaya,
tapi dari galaksi mereka seakan-akan terdengar suara:
ini tidak main-main! ini lebih dari sekedar kebangkitan sepotong kain!
Para malaikat Allah seolah sedang bercakap-cakap di antara mereka
kebudayaan jilbab itu, bersungguh-sungguhkah mereka?
O, amatilah dengan teliti: ada yang bersungguh-sungguh,
ada yang akan bersungguh-sungguh,
ada yang tidak bisa tidak bersungguh-sungguh
Sedemikian pentingkah gerakan jilbab di negeri itu?
O, sama pentingnya dengan kekecutan hati semua kaum yang tersingkir,
sama pentingnya dengan keputusasaan kaum gelandangan,
sama pentingnya dengan kematian jiwa orang-orang malang
yang dijadikan alas kaki sejarah
Bagaimana mungkin ada kelahiran di bawah injakan kaki Dajjal?
bagaimana mungkin muncul kebangkitan dari rantai belenggu kejahiliyahan?
O, kelahiran sejati justru dari rahim kebobrokan,
kebangkitan yang murni justru dari himpitan-himpitan
alamkah yang melahirkan gerakan itu atau manusia?
O, alam dalam diri manusia.
Alam tak boleh benar-benar takluk oleh setajam apapun
pedang peradaban manusia,
alam tak diperkenankan sungguh-sungguh
tunduk di bawah kelicikan tuan-tuannya
Apakah burung-burung ababil akan menabur dari langit
untuk menyerbu para gajah yang durjana?
O, burung-burung ababil melesat keluar dari kesadaran pikiran,
dari dzikir jiwa dan kepalan tangan
Para malaikat Allah yang jumlahnya tak terhitung,
berseliweran melintas-lintas ke berjuta arah di seputar bumi
Para malaikat Allah yang amat lembut sehingga seperjuta atom
tak sanggup menggambarkannya
Para malaikat Allah yang besarnya tak terkirakan oleh matematika ilmu manusia sehingga seluruh jagat raya ini disangga di telapak tangannya
Tergetar, tergetar sesaat, oleh raungan sukma dari bumi
Para malaikat Allah seolah bergemeremang bersahut-sahutan di antara mereka
apa yang istimewa dari kain yang dibungkuskan di kepala?
O, hanya ketololan yang menemukan jilbab sekedar sebagai pakaian badan
lihatlah perlahan-lahan makin banyak manusia yang memakai jilbab, lihatlah kaum lelaki
berjilbab, lihatlah rakyat manusia berjilbab, lihatlah ummat-ummat berjilbab, lihatlah Siapapun saja yang memerlukan perlindungan, yang memerlukan genggaman keyakinan, yang memerlukan cahaya pedoman, lihatlah mereka semua berjilbab
Adakah jilbab itu semacam tindakan politik, semacam perwujudan agama,
atau pola perubahan kebudayaan?
Para malaikat Allah yang bening bagai cermin segala cermin,
seolah memantulkan suara-suara:
Jilbab ini lagu sikap kami, tinta keputusan kami,
langkah-langkah dini perjuangan kami
jilbab ini surat keyakinan kami, jalan panjang belajar kami,
proses pencarian kami
jilbab ini percobaan keberanian di tengah pendidikan ketakutan
yang tertata dengan rapi
jilbab ini percikan cahaya dari tengah kegelapan,
alotnya kejujuran di tengah hari-hari dusta
jilbab ini eksperimen kelembutan untuk meladeni jam-jam brutal dari kehidupan
jilbab ini usaha perlindungan dari sergapan-sergapan
Dunia entah macam apa, menyergap kami
sejarah entah ditangan siapa, menjaring kami
kekuasaan entah dari napsu apa, menyerimpung kami
kerakusan dengan ludah berbusa-busa, mengotori wajah kami
langkah kami terhadang, kaki kami terperosok di
pagar-pagar jalan protokol peradaban ini
buku-buku pelajaran memakan kami
tontonan dan siaran melahap kami
iklan dan barang jualan menggiring kami
panggung dan meja-meja birokrasi mengelabui kami
mesin pembodoh kami sangka bangku sekolah
ladang-ladang peternakan kami sangka rumah ibadah
mulut kami terbungkam, mata kami nangis darah
Hidup adalah mendaki pundak orang-orang lain
hari depan ialah menyuap, disuap, menyuap, disuap
kalau matahari terbit kami sarapan janji
kalau matahari mengufuk, kami dikeloni janji
kalau pagi bangkit, kami ditidurkan
ketika hari bertiup, kami dininabobokan
kaum cerdik pandai suntuk mencari permaafan atas segala kebobrokan
kaum ulama sibuk merakit ayat-ayat keamanan
para penyair pahlawan berkembang menjadi pengemis
tidak ada perlindungan bagi kepala kami yang ditaburi virus-virus
tak ada perlindungan bagi akal pikiran kami yang dibonsai
tak ada perlindungan bagi hati nurani kami yang
dipanggang diatas tungku api congkak kekuasaan
tungku api kekuasaan yang halus, lembut dan kejam
Tak ada perlindungan bagi iman kami yang dicabik-cabik dengan pisau-pisau beracun
tak ada perlindungan bagi kuda-kuda kami yang digoyahkan
oleh keputusan sepihak yang dipaksakan
tak ada perlindungan bagi akidah kami yang ditempeli topeng-topeng, yang dirajam, dimanipulir oleh rumusan-rumusan palsu yang memabukkan
tak ada perlindungan bagi padamnya matahari hak kehendak kami yang diranjau
maka inilah jilbab. inilah jilbab!
Ini furqan, pembeda antara haq dan bathil
jarak antara keindahan dengan kebusukan
batas antara baik dan buruk, benar dan salah
kami menyarungkan keyakinan dikepala kami
menyarungkan pilihan, keputusan, keberanian dan istiqamah, dinurani dan jiwaraga kami
Ini jilbab ilahi rabbi, jilbab yang mengajarkan ilmu menapak dalam irama
ilmu untuk tidak tergesa, ilmu tak melompati waktu dan batas realitas
ilmu bernapas setarikan demi setarikan, selangkah demi selangkah, hikmah demi hikmah
rahasia demi rahasia, kemenangan demi kemenangan
Para malaikat Allah yang lembut melebihi kristal, para malaikat allah yang suaranya tak bisa didengarkan oleh segala macam telinga, berbisik-bisik di antara mereka
Wahai! anak-anak tiri peradaban! anak-anak jadah kemajuan dan perkembangan!
anak-anak yatim sejarah, sedang menghimpun akal sehat
menabung hati bening, menerobos ke masa depan yang kasat mata
lautan jilbab! lautan jilbab! gelombang perjuangan, luka pengembaraan, tak mungkin bisa dihentikan wahai! sunyi telah memulai bicara!

"Emha Ainun Nadjib

Anggaran Dinas Kesehatan Dalam RAPBD 2011

4. PENDAPATAN : 4.482.100.000,00
Hasil Restribusi : 4.482.100.000,00
5. BELANJA :56.143.728.000,00
5.1. BELANJA TIDAK LANGSUNG :43.640.168.000,00
Belanja Pegawai :43.640.168.000,00
5.2. BELANJA LANGSUNG :12.503.168.000,-
- Program Admisitrasi perkatoran
Kegiatan Jasa surat menyurat : 13.070.000,00
Kegiatan Jasa Komunikasi, daya : 340.000.000,00
Kegiatan Pemeliharaan kendarandinas : 126.520.000,00
Kegiatan Jasa Adminitrasi Keuangan : 120.000.000,00
Kegiatan Jasa Kebersihan : 66.434.000,00
Kegiatan Perbaikan Peralatan Kerja : 55.080.000,00
Penyediaan Alat Tulis Kantor : 68.320.000,00
Penyedian barang cetak dan penggdaan : 75.200.000,00
Penyedian Kompoen instalasi Listrik : 32.320.000,00
Bahan Bacaan/Peraturan perundangan : 11.760.000,00
Penyedian makan minum : 14.680.000,00
Rapat Kordinasi Luar Daerah : 26.000.000,00
Penunjang Administrasi Perkantoran : 218.952.000,00
Rapat Kordinasi dalam daerah : 14.000.000,00
- Program Peningkatan Saran dan Praarana Aparatur
Pengaadaan sarana aparatur : 10.000.000,00
Pemeliharaan gedung/kator : 59.227.000,00
Pemeliharaan mebeler : 7.520.000,00
Rehabilitasi Gedung/kantor : 27.830.000,00
- Program Pengadaan Obat dan Perbekalan Kesehatan
Obat dan Perbekalan Kesehatan : 5.800.469.000,00
- Program Pengembangan data /informasi
Pengumpulan data : 20.000.000,00
- Program Upaya Kesehatan Masyarakat
Revuitalisasi Posyandu : 100.000.000,00
Kawasan tanpa rokok : 200.000.000,00
- Program Perbaikan Gisi masyarakat
Penggulangan KEP,GKY : 70.000.000,00
- Program Pengembangan Lingkungan Sehat
Pendampin teknis Sanimas : 10.000.000,00
- Program Pencegahan Penyakit Menular
Pelayanan Pencegahan Penyakit menlr : 118.000.000,00
Peningkatan imunisasi : 45.000.000,00
Survelance epedemologi : 25.000.000,00
- Program Perbaikan sarana Puskemas
Pengadaan sarana puskesmas : 1.328.733.000,00
Pengkatan puskesmas rawat inap : 1.808.375.000,00
- Program Kemitraan peningkatan pelayanan kesehatan
Kemitraan asuransi kesehatan masykt : 1.690.750.000,00

Senin, 06 Desember 2010

Kumpulan Puisi ( Tangis Nusantara )

Tangis Nusantara "

Gunung yang menjagamu
Kini marah dengan apinya
Laut yang menjadi nafkahmu
Kini marah dengan gelombangnya
Air yang menjad isumber hidupmu
Kini marah dengan derasnya
Angin yang menjadi desah nafasmu
Kini marah dengan tiupnya
Rakyat yang mendiami bumimu
Kini marah dengan nafsu dan amuknya.
Aku dengar tangisan pilu dalam balut pasrah
Aku lihat nganga luka, darah bercampur nanah
Aku dengar doa doa yang bergemuruh
Aku lihat kepedulian dari hati yang luruh
“ Akankah kau menemukan salah dan dosamu “


Maaf kalau puisiku tak indah "

Bosan rasanya berkutat
dengan diksi, rima dan metafora
sementara kusaksikan keserakahan
yang teribungkus sistem dan aturan
Tak mau lagi aku terbebani
dengan seting,alur dan gaya bahasa
sementara jerit kaum papa yang terpinggirkan
begitu nyata kudengar
Jemu rasanya bermain dengan kata kata
Tak bisa aku melukiskan ketidakadilan
dengan bunga mawar, buah anggur
dan rembulan.
Maaf kalau puisiku tak indah
Aku menyaksikan keindahan telah dirampas


Apa Indahnya Politik "

apa indahnya politik
permainan hasrat purba manusia
pergulatan yang slalu meninggalkan luka.
serta teriakan keras menang atau mengalahkan
tak lebih ....
Bunga wawar adalah basa basi lobi
Senyum dan sanjungan slalu berunjung upeti
Apa indahnya politik di ngeri ini
Kalaupun ia sebuah seni mandzabnya pasti kekuasaan dan tahta
sementara kesejahteraan hanya nyayian basi menjelang pemilu
ujungnya adalah harta ekornya adalah kroni.
" aku pikir mending minum kopi sumatra
apa indahnya politik.


Marahku "

Tak usah lagi kau tawari
Janji atau upeti
Marahku tak bisa disuap lagi
Memuncak bagai bara merapi
Kan kejar walau kau berlari
Dan sembunyi dalam dunia mimpi
Tak peduli
Walau engkau terus menjerit pilu
Tersayat runcing belati
Yang tlah kulumuri dengan racun biru
Karena marahku tak lagi bisa dibeli
Wahai …
Keserakahan yang memporak poranda
Tatanan agung semesta
Kini ajalmu tlah tiba
Diterjang marah yang kau cipta
Wahai …
Kesewenangan wenangan yang merobek robek
Harkat martabat kemanusian
Kini tlah tiba batasmu
Diterjang badai yang kau tiupkan


Bahasa api Orang Orang Marah "

aku memerlukan api
atau sebilah pedang samurai
bosan bicara dengan bahasa puisi
sebab tak juga kau mengerti
akan luka keadilan ini
kini ..
aku ingin menggunakan bahasa api
" terdengar samar suara
0rang orang marah dan putus asa "


Belati Untuk Broker Politik “

Sudah aku putuskan
Dalam diam
Sambil terus kuasah belati
Pagi besok kan kudatangi
Kan kutikam
Dalam dalam
Nuranimu
yang memang sudah mati


*Jeda Pemilu

Waktu seolah berhenti,
dan mencekik leherku
dalam lunglai
panjang penantian.
Sendiri ...
Mengais belantara tumpukan sampah
harapan yang kau buang
Semetara kamu terus tertawa
Tanpa rupa
Sesal tlah kau sembunyikan
Di saku belakang
Sehingga kau tak melihat
tak mau mengenalnya lagi


*Janji Pemilu

Siang itu ditengah terik
Dalam sela gelegar musik
Kau tlah merayuku
Hingga aku tak berdaya
Larut dalam desahmu
Kini aku tergelatak
Dalam gigil dingin
Dalam sempit tenda pengungsi
Tapi mengapa engkau malah pergi
Mengejar hasrat, tak terkendali 

Kupulan Puisi ( Sajak Untuk Istriku )


* Sajak untuk istriku

Mi…..
Menatap wajahmu, membuat rasaku luruh tak berdaya
Ada perasaan damai, bahagia dan sedih
Damai karena teduh sorot matamu mendinginkan amarah dan ambisi
Yang kadang membuat aku lupa diri
Bahagia karena merdu dan lembut kata katamu slalu menetramkan hatiku
Membuat api semangat yang hampir padam menyala kembali
Sedih karena semakin banyak janji janjiku yang tak bisa kupenuhi
Walau kau slalu bilang, hidup ini toh hanya berusaha, berdoa, menerima dan menjalani.
Masih ku ingat waktu nikah dulu, begitu sederhana bahkan terlalu sederhana
tanpa cincin dan berlian, hanya seperangkat alat sholat sebagai mas kawin
Tanpa dekor,Tanpa acara dan Tanpa pesta yang meriah
“ Ndak apa apa tanpa pengajian, cukup khotbah nikahnya diperpanjang”
Katamu pelan padaku, waktu itu
Mi…..
Menatap wajahmu, membuatku rasaku luruh tak berdaya
Ada perasaan damai, bahagia dan sedih
Ketika aku sakit kamu pasti slalu memijitku
“ Mas... aktifis ndak boleh sakit.... “ katamu sambil terus memijitku
“ Biaya kesehatan terlalu mahal bagi kita, mas.... dilarang sakit
Orang orang miskin juga dilarang sakit, selama biaya kesehatan masih selangit “
Kamu terus memijitku, sampai aku tertidur dan melupakan ketidak adilan di negri ini.


*Di tinkungan jalan itu,

Di tinkungan jalan itu,
sebelah barat jembatan kretek
kau mengajaku berhenti disebuah dangau kecil yang reot
ditengah riuh suara kendaraan, kamu berucap lirih ....
" Mas ...lama dan jauh sudah perjalanan ini kita tempuh”
“ Ya… “ Jawabku spontan
Sambil menerka nerka maksud dibening matamu,
namun aku hanya menemukan misteri dan teka teki
“ Mas …. Akad ,Tujuan dan tekad yang dulu kita sepakati,
Apa tidak perlu kita refres dan perbaharui kembali ??
Bukankah, panasnya aspal disiang hari...
Dan silaunya lampu dimalam hari…
Sering membuat kita gagap dan nanar
“ Mas Peta jalan yang dulu Kita sepakati ,
mungkin harus kita gambar kembali
karena udah begitu lusuh terkena debu waktu ”
Gubuk reyot kecil,
Kuning padi disawah,
serta semilir angin,
Kau lah saksi pernikahanku yang kedua kalinya denganmu


* Mengenalmu

mengenalmu,
sungguh membuatku tertegun
kamulah yang membuat
langkah malamku terhenti
sejenak.
mengenalmu
sungguh membuatku tertegun
tak kala kau suguhkan
hidangan makna dalam bingkai kata
yang samar.
mengenalmu
bagai mengarungi samudra
tak bertepi.


*Bersamamu

Bersamamu menghitung detak jam dinding
sambil minum teh hangat yang kau suguhkan
terasa mengobati luka hati
karena hak informasi publik yang dirampas
karena hak partisipasi yang dikelabuhi
Bersamamu menikmati ubi goreng
sambil menikmati manis senyumu
terasa menghibur dan membuang nelangsa
dari keserakahan dan ketidak adilan anggaran
dari kesemrawutan tatanan birokrasi
Bersamamu kurasa bagai menghimpun tenaga
Bersamamu kurasa bagai memotong rasa putus asa
Bersamamu kurasa bagai menjaga api semangat
Bersamamu ..
Aku ingin menaklukan dunia
yang sering menipu dan melenakan



*Ingin Aku Terus Bersamu

Ingin aku terus bersamamu
walau hidup tak seindah yang pernah kita mimpikan
tiada suguhan yang bisa kita makan
menemani obrolan malam ini
hanya senyumu yang kurasa begitu indah
ingin aku terus bersamamu
walaupun pembicaraan kita hanya masalah susah
tentang hutang pada tetangga bagaimana kita mengembalikan
tentang spp anak anak kapan kita mampu membayarnya
tentang tagihan listrik bulan kemarin yang belum terbayar
ingin aku terus bersamamu
walau hanya untuk sekedar merayakan kesedihan
atau menertawakan miimpi mimpi yang semakin tak terbeli.


* Kekasih, usahlah menangis

tahan air matamu sayangku
simpan dalam lekuk sunyi malam ini.
senang dan susuh hanya guratan
yang mesti harus dijalani.
tak usah iri pada mereka
yang dibui tapi masih bisa pesiar ke bali
atau jangan tanyakan uang negri
yang habis untuk pesiar dan memperkaya diri
sayangku
lihatlah rembulan begitu indah
tandanya besok kita meski pergi kesawah
walau pupuk bersubsidi begitu langka dan mahal
belahan jiwaku
simpan sedih dan susahmu
semoga dalam mimpi tidur kita
masih tersisa kebahagian
tuk kita orang orang kecil