Jumat, 25 Desember 2009

Nak………………Belajar tidak mesti harus disekolah ( 2 )

Tengah malam,
ketika semua membeku

Aku semkin galau, memikirkan nasibmu nak, bagaiman tidak sekarang ini Pendidikan dianggap sebagai salah satu komoditas industri dan investasi hidup yang berharga mahal, muculah industri industri pendidikan baik yang dikelola negara maupun swasta. Semakin berkwalitas pelayanannya semakin mahal harganya sedangkan kita bukanlah tergolong keluarga kaya.

Negara yang seharusnya bertanggungjawab atas hak pendidikan warga negara, selalu berdalih terbatasnya anggaran, sehingga tidak mampu untuk menggratiskan pendidikan bagi masyarakat karena mungkin bagi para pemimpin kita bodohnya masyarakat tidak berdampak sistemik tapi kolapnya bank kecil yang dikuasai segelintir orang bisa berdampak sistemik dan membahayakan kehidupan sehingga negara harus rela merogoh kocek cukup besar, sementara sebagian lembaga pendidikan negri mencoba berlindung dan bermain petak umpet seraya fasih berdalil tentang Peran Serta Masyarakat sebgai legitimasi untuk menarik iuran dari masyarakat atau menerima sumbangan masyarakat yang direkayasa dan disekenariokan shinga tak lagi murni dan spontanitas.

Semakin malam, semakin gelap terasa asaku
Partsisipasi apa lagi yang harus kita berikan kepada negara ? Bukankah kita sudah bayar pajak tanah dan bangunan kita, bukankah sudah kita berikan 10 % dari harga semua barang yang kita beli kepada negara, bukankah kita sudah memberikan 5 % dari penghasilan dan tak pernah mendapatkan subsidi PPh seperti yang diterima para pejabat dan pendidik bahkan untuk mengurus kamu nak untuk diakui negara ( akte kelahiran ) bapak juga telah merogoh kocek

Aku semakin galau, memikirkan nasibmu nak.
Mungkin karena kita orang kicil dan miskin pendidikan adalah sesuatu yang mewah bagi kita, karena begitu mahal.

Jam menunjukan anggka tiga,
Aku mau tidur dan bermimpi indah tentang negara yang mampu menunaikan keawajibanya.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar